Saturday, December 1, 2012

Sang Hyang Katyayani

Dewi Jodoh


Dalam beberapa literatur Weda, kita akan menemukan banyak sekali Dewa-Dewi yang berpasangan menurut nivid mereka masing-masing. Dalam sastra Weda juga disebutkan ini sebagai swarupa sakti, dan manusia juga memiliki hal yang sama. Artinya, bahwa setiap yang dilahirkan di dunia pasti akan menemukan pasangan/jodoh. Entah dengan siapa, yang jelas manusia hanya mampu berusaha, tapi penentunya tetap yang di atas.

Dalam beberapa kitab Purana, Dewa yang mengatur pertemuan manusia yang sangat berkaitan dengan asmara adalah Dewa Kandarpa atau Sang Hyang Semara. Namun, dalam beberapa kitab Sruti dan kitab Nibandha yang lainnya, ada sosok Dewi yang menjadi pengatur jodoh manusia. Nama Beliau adalah Dewi Katyayani. Di Bali, nama Beliau sangatlah asing dan hampir sebagian besar umat Hindu di Bali jarang memuja Beliau sebagai Dewi jodoh.

Dewi Katyayani


Namun, dalam kitab Weda perlu kita ketahui bahwa jika seorang gadis yang umurnya dipandang sudah cukup layak untuk menikah, namun tidak satupun laki-laki yang datang menghampirinya, maka wanita itu dibenarkan untuk memohon kepada Bhatari Katyayani untuk mendapatkan suami.

Ada banyak versi mengenai cerita munculnya Dewi Katyayani. Ada sumber yang menyebutkan bahwa Beliau adalah putri dari Maharsi Kata, sehingga Beliau diberi nama Dewi Katyayani. Ada juga yang menyebutkan Beliau adalah bagian dari ekspresi penuh atau bagian dari bentuk paripurna Maha Durgha yang lebih dikenal orang dengan nama Mahisasuramardhini.

Dewi Durgha
Jika kita merujuk pada definisi ini, maka Beliau tidak lain adalah bagian lain dari Maha Durgha, yang merupakan sakti Bhatara Siwa yang tentu saja Dewa penguasa cinta dan asmara. Setiap literatur Hindu mengagungkan Bhatara Siwa sebagai Dewa Asmara, bahkan dalam beberapa fase, Bhatara Siwa dan Bhatari Parwati diidentikan dengan asmara.

Jika Dewi Katyayani merupakan bagian penuh dari bentuk paripurna Maha Durgha, maka kita akan menemukan seluruh atribut dan lambang kebesaran Maha Durgha juga menyertai atribut Dewi Katyayani. Inilah fakta sejati bahwa di setiap kuil pemujaan Dewi Katyayani, maka disertakan juga atribut Maha Durgha secara utuh.

Meskipun demikian, tampilan wajah Beliau sedikit lebih lembut dan ayu layaknya Dewi cinta yang menebarkan pesonanya kepada siapapun juga. Di India, terdapat sebuah tradisi yang disebut dengan Katyayani Vrata, atau sebuah perayaan dimana gadis-gadis yang belum mempunyai pasangan hidup, berdoa dan berpuasa untuk menyenangkan hati Dewi Katyayani dan berharap akan menemukan laki-laki yang mereka cintai. Mereka mempersembahkan bunga, dupa, dan buah serta tidak jarang bagi ibu-ibu yang sudah bersuami untuk melakukan puasa untuk keselamatan serta berdoa agar suami mereka panjang umur.

Dalam Kitab Ramayana, sewaktu Maharaja Janaka, seorang raja yang memerintah di negara Waideha, tengah mengadakan sayembara untuk mendapatkan mantu. Maka pujian kepada Dewi Katyayani terdengar sangat agung. Banyak raja dan pangeran datang untuk mendapatkan Dewi Sita, putri Janaka sendiri. Namun, dengan satu syarat bahwa mereka harus mampu mengangkat busur Siwa dan membentangkan talinya. Sebelum sayembara berlangsung, Dewi Sita datang ke kuil Dewi Katyayani dan berdoa kehadapannya berharap menemukan jodoh yang beliau idamkan, yakni Rama. Dewi Sita mencuci kaki Sang Dewi dengan air matanya dan Beliau pun akhirnya berkenan mengabulkan permohonan Dewi Sita. Maka keesokan harinya, saat sayembara berlangsung, semua raja dan pangeran tidak mampu mengangkat busur Siwa tersebut. Akhirnya, tampillah Rama dan dengan mudah beliau mengangkat busur tersebut. Dan akhirnya Rama dan Sita pun bersatu. 

Ini tampaknya menjadi sebuah tradisi yang ditiru oleh banyak gadis di dunia untuk mendapatkan jodoh. Tradisi ini berkembang di seluruh dunia, namun dengan nama yang berbeda-beda.


Sumber : Taksu/Gede Agus Budi Adnyana

0 comments: