Misteri Takhyul Penghuni Gedung Putih
Setumpuk kisah gaib menyelimuti gedung paling berpengaruh di Amerika Serikat. Ada presiden yang ternyata "takut" dengan piring terbang. Bahkan, beberapa presiden "diberi tahu" sebelumnya kapan dan dimana hidupnya harus berakhir.
White House |
Hari itu, 1 April 1865, sejak sore sampai menjelang tengah malam, hujan terus-menerus mengguyur Gedung Putih. Lampu-lampu bangunan megah ini sebagian sudah mati, kegelapan menyelimuti ruangan-ruangan yang siang hari tadi diwarnai hiruk-pikuknya kegiatan para petinggi negara. Sementara di kamarnya, Presiden AS Abraham Lincoln yang dikenal sebagai tokoh humanis pejuang penghapusan budak belian, gelisah tak bisa tidur.
Entah bagaimana mulainya, dalam keadaan setengah tidur dan terjaga, tahu-tahu Lincoln merasa berada di suatu tempat asing. "Dalam kegelapan yang hening, aku merasa desah-desah napas kematian. Sayup-sayup terdengar isak tangis orang-orang." Dalam pengalaman gaibnya, presiden ke-16 AS ini lalu, menjelajahi semua ruangan dan setiap sudut Gedung Putih, mencari suara tangis dan misteri kematian tersebut. Betapa terkejutnya ketika di salah satu ruangan ia menjumpai sebuah peti mati, berisi seonggok mayat terbungkus kain kafan. Tak terasa keringat dingin membasahi bulu kuduknya saat melihat yang terbungkus kain kafan itu jasadnya sendiri.
Mimpi buruk yang kemudian diceritakan kepada Word Lamon, staf kepresidenan AS, akhirnya menjadi kenyataan. Tiga belas hari kemudian, 14 April 1865, maut benar-benar menjemput Lincoln ketika ia sedang menonton opera di Theater Ford. Beberapa butir peluru yang dimuntahkan dari pistol aktor John Wilkes Booth menghujam di kepala, merobohkan Lincoln untuk selama-lamanya.
0 comments: